Status LCGC Datsun GO Manual dan Absennya pada Varian CVT

Posted on

Dalam beberapa tahun terakhir, mobil berlabel LCGC (Low Cost Green Car) semakin diminati di Indonesia. Tak terkecuali Datsun GO. Namun, muncul pertanyaan dari banyak konsumen mengenai status LCGC Datsun GO manual yang ternyata tidak berlaku bagi varian otomatisnya, yakni CVT (Continuously Variable Transmission).

Hal tersebut memicu kebingungan. Terlebih jika melihat kompetitor seperti Honda Brio Satya yang masih bisa mempertahankan status LCGC meski hadir dengan versi CVT. Mari kita telaah lebih jauh alasan di balik perbedaan ini.

Status LCGC Datsun GO Manual
Oto.com

Alasan di Balik Status LCGC Datsun GO Manual dan Non-LCGC pada GO CVT

Peluncuran Datsun GO terbaru membawa penyegaran dalam hal tampilan dan fitur. Namun, sorotan utama justru tertuju pada hadirnya varian CVT. Datsun menyatakan bahwa varian otomatis ini tidak lagi tergolong dalam kategori LCGC. Lain dengan Datsun GO dan GO+ versi manual yang tetap mempertahankan status tersebut.

Mengapa demikian? Rupanya, hal ini berkaitan erat dengan regulasi LCGC di Indonesia. Khususnya dalam aspek kandungan lokal. Salah satu syarat agar sebuah mobil bisa masuk kategori LCGC adalah tingkat lokalisasi komponen yang tinggi.

Pada varian Datsun GO CVT, terjadi perubahan pada sektor mesin untuk menyesuaikan penggunaan transmisi otomatis jenis CVT. Mesin yang mereka gunakan memiliki perbedaan teknis dari versi manual.

Penyesuaiannya membuat beberapa komponen penting, terutama yang terkait dengan transmisi dan mesinnya harus impor dari luar negeri, salah satunya Thailand. Inilah yang akhirnya mengurangi persentase kandungan lokal. Jadi secara otomatis membuat status LCGC Datsun GO CVT hilang.

Faktor Regulasi dan Perbandingan dengan Kompetitor

Pemerintah Indonesia memang menetapkan sejumlah kriteria agar sebuah mobil bisa masuk dalam golongan LCGC. Sebut saja efisiensi bahan bakar, kapasitas mesin maksimal 1.200 cc, serta tingkat kandungan lokal seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Bandingkan dengan Honda Brio Satya, yang berhasil menjaga status LCGC meski hadir dalam versi CVT. Hal ini dimungkinkan karena Honda memiliki jaringan produksi lokal yang cukup kuat. Dengan demikian komponen untuk Brio yang ada pada varian CVT masih bisa terpenuhi dari dalam negeri.

Strategi dan Pandangan Datsun

Meski kehilangan status sebagai mobil LCGC, Datsun tetap menekankan bahwa harga untuk GO CVT masih sangat kompetitif layaknya manual. Mereka percaya bahwa konsumen Indonesia akan tetap mempertimbangkan faktor harga dan fitur, ketimbang sekadar status LCGC.

Datsun juga tidak terlalu risau dengan perubahan citra ini. Bahkan, sejak peluncuran Datsun Cross, perusahaan memang sudah mulai bergerak untuk melakukan reposisi merek. Tujuan utamanya tidak semata-mata diasosiasikan sebagai produsen mobil murah.

Lebih dari itu, Datsun ingin tampil semakin aspiratif dan stylish. Hal tersebut agar dapat menyasar konsumen muda yang kian dinamis. Sekaligus memenuhi kebutuhan kendaraan yang bisa mendukung gaya hidup aktif mereka.

Optimis Punya Pasaran yang Kondusif

Dengan tetap menjaga harga jual yang terjangkau, Datsun berharap bahwa GO CVT tetap bisa bersaing dengan rival seperti Honda Brio Satya E CVT. Produk yang masih mengusung label LCGC.

Sebagai gambaran, harga Datsun GO T Active CVT dipatok sekitar Rp142 jutaan. Sementara Honda Brio Satya E CVT mencapai Rp152 jutaan. Meski sama-sama menggunakan mesin 1,2 liter, konfigurasi keduanya berbeda. Datsun mengusung 3-silinder, sedangkan Brio memakai 4-silinder.

Akhirnya, status LCGC memang menjadi nilai tambah, namun bukan satu-satunya faktor penentu dalam memilih mobil. Datsun GO CVT mungkin bukan lagi bagian dari skema mobil murah ramah lingkungan. Tetapi ia tetap menyuguhkan nilai ekonomis dengan teknologi CVT yang lebih nyaman dan efisien untuk penggunaan perkotaan.

Sementara itu, status LCGC Datsun GO manual masih ada guna menyasar konsumen yang mengutamakan harga terjangkau dan ramah lingkungan. Tentunya, kedua varian ini menyasar segmen berbeda dengan kelebihan masing-masing. Pilihan kini kembali kepada konsumen. Apakah cenderung mengutamakan status LCGC, atau kenyamanan berkendara dari transmisi CVT?