LCGC dan Mobil Non LCGC, Apakah Masih Layak Dibeli di 2025?

Posted on

Tahun 2025 menjadi salah satu momen yang cukup menarik bagi industri otomotif Indonesia. Ada beberapa perubahan arah kebijakan, dimana tren elektrifikasi hingga pergeseran preferensi konsumen membuat banyak orang mulai mengajukan pertanyaan. Masihkah layak untuk membeli LCGC dan mobil non LCGC? Meskipun dari keduanya memiliki keunggulan yang berbeda-beda, seperti LCGC yang irit bahan bakar dan harga terjangkau, serta mobil non LCGC yang memiliki fitur dan memberikan kenyamanan. Namun perlu diketahui bahwa dibalik semua itu, ada aspek lain yang seringkali luput dari perhatian masyarakat sekitar.

Salah satunya adalah jarang sekali orang mengetahui tentang ketentuan emisi terbaru dari pemerintah mempengaruhi adanya performa jangka panjang kedua tipe mobil ini. Masih ada lagi dampak dari distribusi suku cadang dan kebijakan subsidi tersembunyi dari produsen tertentu. Tak hanya itu saja, beberapa tipe mobil LCGC yang baru justruĀ  menggunakan platform modular global yang sebelumnya hanya digunakan pada mobil kelas atas. Dengan artian bahwa perbedaan antara kualitas LCGC dengan non LCGC sudah tidak setajam dulu lagi.

Dalam artikel ini akan memberikan beberapa sisi tersembunyi yang mengungkap fakta dalam dunia otomotif arus utama. Agar lebih cermat dalam mengambil keputusan untuk membeli mobil.

LCGC dan Mobil Non LCGC
cakramotor11.com

Sisi Tersembunyi Dari LCGC dan Mobil Non LCGC Jarang Diketahui

Menurut PricebookOtomotif, selain itu, masih ada rancangan dari LCGC yang dibuat untuk hemat dengan bahan bakar atau BBM tersebut. LCGC dapat mencapai 20-25 km/liter tergantung dengan kondisi jalan yang akan dilewatinya. Meskipun begitu, ada non LCGC yang makin efisien berkat teknologi seperti hybrid dan turbo. Mengonsumsi BBM yang cenderung lebih tinggi dibandingkan penggunaan LCGC. Jadi mobil non tersebut menghabiskan banyak BBM dan biaya yang lumayan untuk berkendara dengan bahan bakar full.

Pengaruh Regulasi TKDN Terhadap LCGC

Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN, pemerintah mewajibkan bahwa mobil LCGC memenuhi minimal 80% komponen lokal agar tetap mendapatkan insentif fiskal. Namun pada tahun 2025 ini, ada beberapa produsen yang memilih untuk menurunkan TKDN secara diam-diam demi memasukkan fitur impor yang lebih mutakhir. Seperti dengan penambahan sensor keselamatan atau menggunakan sistem infotainment. Konsekuensinya, penetapan harga LCGC bisa naik secara perlahan, meskipun pada brosur harga tetap stabil. Maka dari itu, konsumen harus lebih teliti dalam menanyakan tingkat TKDN real time. Karena hal tersebut memberikan pengaruh pada harga suku cadang dan dukungan layanan.

Mendaur Ulang LCGC menjadi Non LCGC

LCGC dan mobil non LCGC terkadang memiliki hubungan yang jarang diketahui banyak orang. Beberapa model dari LCGC sendiri sebetulnya sudah tidak diproduksi secara resmi. Melainkan sudah diangkat kembali dalam versi yang berbeda, yaitu non LCGC dan sedikit mengubah kosmetik serta nama baru. Praktik ini digunakan untuk menyiasati regulasi atau mengalihkan insentif antar segmen. Dimana konsumen yang tidak memperhatikan secara detail akan membeli mobil dengan teknologi lama yang sudah dibungkus dalam tampilan baru.

Kebijakan Pajak Per Daerah yang Berbeda

Penggunaan LCGC sering menyebutkan nama pajak yang hemat, namun pada kenyataannya justru ada beberapa daerah yang menerapkan kebijakan pajak progresif sesuai dengan kendaraan yang dimiliki. Jika dalam satu keluarga memiliki kendaraan, termasuk mobil, lebih dari satu maka pada LCGC akan melonjak secara signifikan. Ironisnya, untuk LCGC dan mobil non LCGC ini paraknya lebih murah dibandingkan tipe kedua atau ketiga.

Efek Hidden Cost LCGC dan Mobil non LCGC

Mobil LCGC memang memberikan ruang yang irit untuk BBM, namun konsumen tidak mengetahui bahwa untuk mendapatkan bahan bakar yang hemat tersebut. Pengguna harus melakukan perawatan periodiknya lebih sering lagi, seperti penggantian filter udara, throttle body cleaning, hingga servis injektor. Berbeda dengan mobil non LCGC yang mesin nya sudah besar dan toleran terhadap kualitas BBM buruk.

Asuransi LCGC dan Non LCGC

Beberapa perusahaan asuransi menentukan premi yang hampir sama antar LCGC dan mobil non LCGC dengan harga dibawah Rp200 juta. Namun, setelah klaim tersebut, nilai untuk mengganti suku cadang LCGC lebih endang dan tidak mencakup part original jika sudah tidak tersedia.

Jadi, untuk kelayakan pakai di tahun 2025 ini tergantung para profil penggunaan, lokasi, dan rencana kepemilikan jangka panjang penggunanya. Namun yang jelas, ada beberapa sisi tersembunyi dari setiap tipe mobil LCGC dan mobil non LCGC atau yang lainnya. Sehingga dapat memberikan pertimbangan atau keputusan yang lebih cerdas lagi, bukan hanya soal ekonomis sana, tetapi juga tentang visioner. /zella